Wajah Masjid Besi
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Berkonsepkan seni bangunan modern kontemporer, berlatar danau Putrajaya dengan keindahan pemandangan alami di Presint 3, di situlah letaknya pendirian sebuah bangunan berkerangka besi atau yang disebut Masjid Besi.
Keindahan bangunan dari besi tersebut mungkin masih belum dapat dilihat secara kasat mata, namun keunikan masjid yang secara keseluruhan memiliki luas 73.795 meter persegi itu, sangat istimewa. Bahkan, Masjid Besi ini bisa menjadi sebuah mercusuar baru bagi pusat pemerintahan negara dan kebanggaan komunitas Islam di Putrajaya.
Pembangunan masjid yang menelan biaya 180 juta (kira-kira Rp 450 miliar) itu dimulai pada April 2004 dan diperkirakan akan selesai sepenuhnya pada penghujung 2008. Dengan luas yang dimiliki, yaitu dua kali lipat lebih luas dari Masjid Putra, masjid ini diperkirakan dapat menampung 20.000 orang jamaah dalam satu waktu.
Pengarah Badan Pembangunan Kota Wilayah Putrajaya, Ir Mohd Ridzwan K Othman, mengatakan, ide membangun sebuah masjid baru di Putrajaya sudah ada dari dulu. Bahkan, dalam Planing Induk Putrajaya yang disetujui oleh pemerintah, telah disediakan dua kawasan untuk dibangun masjid di Putrajaya.
Keinginan pemerintah setempat adalah menyediakan tempat beribadah yang nyaman bagi umat Islam sekaligus menampung keperluan pegawai pemerintah. Juga bagi penduduk setempat, yaitu dari sekitar pusat kota atau core island di Presint 2, Presint 3, Presint 4, dan Presint 18.
”Dalam perkiraan kasar, kira-kira 23.633 orang pegawai akan ditampung apabila seluruh ruang kantor pemerintah dibangun kelak. Sedangkan sebanyak 28.420 orang penduduk akan mendiami kawasan di sekitarnya saat seluruh proyek pembangunan perumahan siap dibangun,” kata Mohd Ridzwan.
Berdasarkan kapasitas jamaah yang ditentukan di dalam Planing Induk Putrajaya, yaitu 20.000 jamaah, pemerintah setempat meminta kepada arsitek dari Kelompok Rekaseni Sdn Bhd, agar merancang sebuah masjid yang berkonsep berangin (airy), sederhana (light), dan tembus pandang (transparent).
Menurut Mohd Ridzwan, setelah beberapa kali pertemuan antara pemerintah dan arsitek, didapati bahwa bangunan dari struktur besi dapat memenuhi konsep bentuk yang diinginkan. Yaitu, bangunan yang tidak kelihatan terlalu besar. Lalu terbentuklah sebuah masjid dengan menggunakan enam ribu ton besi, yaitu mencakupi 70 persen dari keseluruhan bangunan sedangkan selebihnya adalah konkrit.
Namun, besi hanya menjadi kerangka masjid karena akan dilapisi dengan material tembus cahaya (kaca) pada setiap tiang dan dinding menggunakan crystallized glass. dengan begitu, akan menjadikan masjid kelihatan berwarna putih dari jauh. Pada waktu malam, cahaya lampu akan menambah keindahan Masjid Besi yang bisa dilihat dari jembatan Seri Saujana.
Tanpa kipas angin
Ciri lain masjid yang menggabungkan teknologi modern dari Jerman dan Cina ini adalah setiap panel dinding luar masjid yang dinamai Masyrabiah dibuat dari anyaman besi tahan karat atau Architectual Wire Mesh. Material ini memiliki ciri unik yaitu tembus cahaya dan angin hingga pengunjung akan merasa nyaman dengan hembusan angin segar.
Bahkan, di sini juga tidak ada satupun kipas angin. Tapi, untuk menjamin kenyamanan pengunjung, pihak pemerintah menggunakan sistem pengudaraan udara sejuk atau gas district cooling (GDC) di dalam bangunan masjid — menggantikan sistem air conditioning (AC). Anyaman Masyrabiah di Masjid Besi diimpor khusus dari Jerman. Ini akan menjadikan masjid tersebut sebagai satu-satunya bangunan dengan anyaman besi tahan karat yang ada di negara Malaysia. Kemudian dilapisi juga dengan panel bercorak geometri pada bagian luar, juga dari jenis besi tahan karat.
Mohd Ridzwan mengatakan, ide menggunakan dinding Masyrabiah terinspirasi dari stadium terkenal milik tim sepakbola Real Madrid, yaitu Stadion Bernabeu dan perpustakaan negara di Paris. Keduanya menggunakan dinding berkonsep sama untuk ruang tempat buku setinggi 20 tingkat dan ruang parkir mobil di Barcelona.
Jika pembangunan Masjid Besi ini selesai nanti, pengunjung yang ingin beribadah atau sekadar berkunjung ke masjid ini akan disambut dengan seni kaligrafi yang terukir di hampir setiap ruangan masjid. Jalan menuju masjid melalui sebuah jembatan pejalan kaki yang menghubungkan Dataran Putrajaya ke kawasan masjid yang dinamai Kiblat Walk seluas 13.639 meter persegi. Kawasan yang menghadap kiblat ini dihiasi dengan kolam air seolah-olah berada di kawasan kota istana purba Al Hambra.
Begitu juga di sekeliling Masjid Biru, seolah-olah sebuah pulau dengan dikelilingi bangunan konkrit kolam bertingkat. Kelihatan seperti mini air terjun yang mengalir ke dalam kolam kedua hingga menjadikan kawasan ini tempat yang sesuai untuk beristirahat sambil menunggu azan berkumandang.
Ukiran Kaligrafi
Disambut dengan bangunan pintu gerbang yang dibangun menggunakan glass reinforce concrete (GRC), pengunjung akan melewati jalan utama menuju ke taman atau Sahn dalam bahasa Arab. Indahnya bangunan konkret putih itu, dilatari dengan ukiran Asma Ul Husna, yaitu 99 nama Allah SWT menggunakan tulisan kaligrafi dari jenis Khat Thuluth. Pintu utama menuju ke ruang shalat utama, terukir ayat suci Alquran dari surah Al-Isra ayat 80.
Melihat ke ruang shalat, mata pasti terpaku melihat dinding Mihrab yang dibuat dari panel kaca setinggi kira-kira 13 meter yang juga diimpor khusus dari Jerman. Di cermin itu terukir hasil kerja tangan lokal yaitu dua baris ayat dari surah Al-Baqarah pada bagian kanan dan surah Ibrahim di sebelah kiri. Keunikan cermin tersebut adalah tidak memantulkan sinar cahaya atau lampu hingga menjadikan ukiran kaligrafi ayat suci yang berwarna keemasan itu kelihatan jelas dan seakan-akan terapung di udara. Dinding Mihrab inilah yang akan menjadi fokus utama ruang shalat Masjid Besi Putrajaya itu.
”Masjid yang kini sudah 75 persen siap dan masih belum mempunyai nama ini hanya memiliki satu kubah dibuat dari besi. Selain itu, akan dilengkapi dengan sistem audio visual yang terbaik agar tidak timbul masalah sedikitpun seperti pantulan bunyi ketika azan, khutbah jumat, atau ceramah,” kata Mohd Ridzwan, didampingi Wakil Pengarah Pembangunan Fasilitas Umum, Bagian Pembangunan Umum Wilayah Putrajaya, Norhayati Abdullah.
Keduanya berharap umat Islam di Malaysia dapat menggunakan fasilitas yang menjadi ikon bagi Putrajaya itu. Walaupun menjadi tumpuan diplomat dan turis dari seluruh dunia, umat Islam di Malaysia ini harus mentakmirkan masjid dan tidak membiarkannya kosong atau dan tidak terurus.
*Artikel ini telah dimuat di Harian Republika, Rabu, 28 Nopember 2007