Ibadah Haji di Zaman Jahiliyah
IHRAM.CO.ID, JAKARTA — Ritual ibadah haji telah dilaksanakan sejak zaman jahiliyah sebelum kenabian Nabi Muhammad tepatnya pada periode kenabian Nabi Ibrahim. Jahiliyah digunakan untuk menggambarkan keadaan masyarakat yang suka bertindak bodoh karena tidak memahami aturan agama.
“Mereka juga tidak mau diatur oleh aturan yang akan meninggikan derajatnya sebagai manusia,” kata Dr. KH Asep Zaenal Ausop dalam bukunya “Haji: Falsafah, Syariah &Rihlah Meraih Haji Mabrur yang Cumlaud”
KH Asep mengatakan ciri-ciri zaman Jahiliyah ialah mengakui ‘millah’ Ibrahim tetapi justru menolak ajaran Nabi Ibrahim yang bertentangan dengan adat istiadat Jahiliyah. Peradaban mereka jauh dari nilai-nilai budaya yang berlaku.
“Judi, mabuk, seks bebas, dan tawuran. Beberapa tindakan yang sekarang pun sudah sedang terjadi hingga kini,” katanya.
Dalam tata cara beragama kaum jahiliyah juga berkomitmen untuk mengikuti tradisi keagamaan Nabi Ibrahim. Tetapi, amalan itu dalam berbagai sisi sudah terkotori oleh hawa nafsu mereka dan di dalam ritual haji itu telah banyak dicampuri oleh ajaran-ajaran baru yang berasal dari budaya setempat.
“Jadi, agama Islam mereka adalah Islam sinkretis yang penuh bid’ah, khurafat dan syirik,” katanya.
Pada masa jahiliyah dalam hal pakaian, kaum wanita telanjang bulat ketika melakukan tawaf, sedangkan jamaah pria memakai pakaian lengkap. Jamaah wanita harus telanjang, tidak boleh ada selembar kainpun, bahkan selembar benangpun yang menempel pada tubuhnya.
“Kaum wanita bergerak mengelilingi ka’bah dengan telanjang, mereka hanya menutup kedua tangannya di depan kemaluannya,” katanya.
KH Asep menegaskan apa yang dilakukan itu semua karena efek dari budaya jahiliyah yang senang mengeksploitasi tubuh wanita, baik untuk kepentingan bisnis maupun sekedar kesenangan. Kegiatan ibadah haji yang merupakan syariah Nabi Ibrahim secara terus-menerus dan turun temurun dilaksanakan sampai jahiliyah.
“Walaupun sudah banyak menyimpang jauh dari ajaran original Nabi Ibrahim As,” katanya.
Dalam tradisi mereka, mengurusi orang berhaji adalah pekerjaan mulia. Orang yang diberi tugas mengurus jamaah haji walaupun hanya untuk menyediakan air minum, merupakan kedudukan terhormat. Karena itu mereka bersemangat untuk melaksanakan tugas ini.
Ketika dalam masa kegelapan itu, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir (khataman nabiyyin) yang bertugas untuk meluruskan akhlak dan Syariah. Salah satunya adalah tata cara ibadah haji.