Haji Masa Jahiliyah Penyelewengan Manasik Haji Ibrahim
IHRAM.CO.ID, JAKARTA — Praktik manasik ibadah haji memiliki beberapa fase perubahan sejak awal disyariatkan. Antara manasik haji para nabi satu dengan yang lainnya berbeda sejak Nabi Adam, Nuh, Hud, Soleh, Ibrahim sampai terakhir kepada Nabi Muhammad.
Pelaksanaan manasik haji setelah Nabi Ibrahim atau sebelum Nabi Muhammad adalah fase manasik jahiliyah. Dr.M Shaleh Putuhena mengatakan bangsa Arab jahiliyah sebelum masa kerasulan Muhammad SAW masih memelihara tradisi Nabi Ibrahim meskipun tradisi mulia itu kemudian diselewengkan.
“Pergeseran itu dengan maksud untuk menghindari Bulan Muharram yang di dalamnya terlarang melakukan peperangan,” tulis Dr. M. Shaleh Putuhena dalam bukunya Historiografi Haji Indonesia.
Masyarakat jahiliyah menghitung bulan dengan sistem pergeseran sehingga bulan Dzulhijjah akhirnya tergeser masuk ke dalam bulan Muharram, Safar, dan seterusnya. Dengan begitu pelaksanaan ibadah haji masyarakat Arab pra Islam di dirikan pada bulan-bulan yang menurut perhitungan mereka terdapat bulan Dzulhijjah di dalamnya.
Suatu bulan tertentu misalnya Muharram, yang dalam kalender mereka disebut Safar Awal, menjadikan waktu pelaksanaan ibadah haji dan di bulan itu dilaksanakan Haji dua kali berturut-turut. Sesudah itu, kemudian berpindah ke bulan berikutnya yakni Safar atau yang bisa disebut Safar Tsani, begitulah seterusnya.
“Baru setelah 24 tahun, kegiatan ibadah haji dilaksanakan pada bulan semula Muharram,” katanya.