Alternatif Makanan Bagi Para Jamaah Haji dan Umrah Dibahas
IHRAM.CO.ID, JAKARTA — Industri makanan Arab Saudi dan Indonesia berlomba menghadirkan inovasi paket makanan bagi para jamaah haji dan umrah. Ini menyusul kebijakan Kerajaan untuk membuka akses ibadah haji dan umrah bagi Muslim mancanegara, setelah ditutup selama dua tahun.
Perusahaan kuliner tanah air, Wong Solo, ikut serta dalam menghadirkan Makanku sebagai produk yang friendly used bagi jamaah Indonesia maupun Asia yang tengah melaksanakan ibadah di tanah suci.
Direktur Operasional Ayam Bakar Wong Solo Sugiri mengatakan, paket makanan siap saji yang mengandalkan teknologi retort ini menggunakan bahan-bahan berkualitas dan dijamin halal, serta dapat disajikan tanpa kompor, api maupun air panas.
“Paket Makanku bisa dinikmati dimana saja dan di segala kondisi, termasuk bagi para warga Indonesia yang tengah menjalani ritual haji atau umrah di tanah suci,” ujarnya.
Berkaca dari kondisi selama pandemi, industri makanan juga perlu menghadirkan solusi bersantap yang aman, nyaman dan praktis, tanpa mengurangi kualitas bahan maupun rasa.
“Yang kami tawarkan melalui Makanku, sebagai self heating food pertama di Indonesia adalah rasanya yang khas tanah air (asian taste), retort technology, non frozen food, pengemasan yang berstandar tinggi dan fast serving,” kata Sugiri.
Teknologi retort juga dikembangkan oleh Nozoly Corporation Ltd melalui produk personal meal kit yang pandemic friendly. Paket makanan ini terdiri dari makanan untuk sarapan, makan siang hingga makan malam yang dilengkapi dengan kotak pemanas dan peralatan makan.
“Saat melaksanakan haji, teknologi ini dapat mengurangi konsumsi air, baik untuk memanaskan makanan, juga untuk mencuci peralatan makan. Dalam satu pouch kit yang telah dilengkapi dengan heater lunchbox dan peralatan makan ini, jamaah bisa menikmati makanan mereka dimanapun dan kapanpun dengan mudah dan praktis,” kata Syeikh Jamil Bondagji, Chairman of Nozoly Corporation Ltd Mekah.
Dia mengatakan, industri makanan memegang peran penting dalam menyukseskan pelaksanaan haji dan umrah. Setiap industri makanan perlu memberikan jaminan keamanan dan kesehatan kepada para konsumen, kata dia.
“Kami mengandalkan retort, karena ini eco friendly, kita bisa memiliki berbagai ukuran, bahkan ukuran untuk catering, dan ini bisa disimpan di suhu ruang, tidak memakan tempat, bisa bertahan hingga 2 tahun, bisa dibawa-bawa, terhindari dari bahan-bahan adiktif dan preservatif,” jelasnya.
Sebelum ditemukannya teknologi terbaru dalam penyajian makanan, jamaah haji hanya disajikan menu standart yang monoton, di mana jamaah tidak memiliki pilihan menu lain untuk disantap. Selain itu, tantangan lain yang ditemui adalah kesulitan dalam menyajikan makanan melalui proses mass cooking (masak dalam porsi besar), dimana menyebabkan kurangnya kualitas rasa makanan hingga waktu pembuatan makanan yang terlalu lama.
“Begitu juga dengan masalah panjangnya antrian jamaah dan pelayanan yang kurang maksimal,” sambung Jamil.
Melalui inovasi terbaru, Nozoly Company memberikan solusi dengan menghadirkan pilihan makanan yang bervariatif, pilihan jam makan yang dapat diatur oleh jamaah, dan pengemasan makanan yang friendly used. Melalui inovasi ini, Nozoly yakin akan mampu mendistribusikan makanan kepada jutaan jamaah per hari nya dengan lebih cepat.
“Kami berupaya menyediakan makanan kepada lebih dari 5,4 juta jamaah di Arafah dan Mina, dengan tiga kali waktu makan sehari, selama lima hari. Atau mengolah sekitar 40 ribu ton makanan yang akan dikirim melalui 4000 truk penuh,” ujarnya.
“Yang perlu dipersiapkan untuk memaksimalkan hajj food di masa depan adalah fleksibilitas jam makan. merujuk pada bervariasinya latar belakang jamaah, maka perlu adanya jam makan yang fleksibel sehingga jamaah dapat memilih jam makan yang cocok dan sesuai dengan kebiasaan jam makan mereka seperti di negara masing-masing,” sambungnya.
Ia menambahkan bahwa makanan jamaah haji juga perlu dilengkapi dengan vitamin, agar jamaah mendapat nutrisi maksimal dari setiap paket makanan yang mereka konsumsi.
Setiap industri makanan juga harus menerapkan sistem dan regulasi yang pandemic ready, kata Jamil. Salah satunya dengan menyediakan layanan yang mengadaptasikan protokol kesehatan seperti jaga jarak, menghindari kerumunan dan menerapkan pembagian waktu.
“Kami menyarankan adanya supply chain di Mekah atau Jeddah yang bertugas menyuplai makanan siap saji, pre-processed food, bahan masakan, dan service needs. Sedangkan di dekat kawasan Mashaer (melempar jumrah), kami sarankan untuk mendirikan dapur sentral sebagai pusat pembuatan makanan, bakery, dessert, dan sentral pendistribusian makanan,” ujarnya.
“Di Mina, kami menyarankan didirikannya pusat distribusi yang berfungsi sebagai penyimpanan seluruh kebutuhan makan malam, dan pusat pengambilan makanan, dan pembuatan salad atau fresh juice. Disana juga perlu ada akomodasi makanan yang berisi penyediaan makanan, pemanasan makanan dan layanan personal lainnya,” sambung Jamil.
Festival Ekonomi Syariah Indonesia (ISEF) 2021 baru saja usai, setelah berlangsung sejak 27 Oktober kemarin. Sesi terakhir konferensi internasional yang digelar Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) bekerjasama dengan Bank Indonesia. Mereka mengangkat topik ‘Halal Foods and Services‘ yang menghadirkan Chairman of Nozoly Corporation Ltd Makkah Syeikh Jamil Bondagji, Adahi Deputy General Supervisor Omar Attia, dan Direktur Operasional Ayam Bakar Wong Solo Sugiri sebagai narasumber.
Diskusi yang dipimpin oleh Muhammad Akhyar Adnan, ahli ekonomi Islam sekaligus wakil rektor Universitas Islam Indonesia ini. Paparannya terfokus pada inovasi dari para pegiat industri makanan dan kuliner dalam memberikan pelayanan dan kemudahan bagi para jamaah yang tengah menjalani haji dan umrah.