Harta Karun Kontroversial Palestina-Israel (Bagian II)
IHRAM.CO.ID, AL RAM — Seniman Basel Abbas dan Ruanne Abou-Rahme termasuk di antara mereka yang tidak dapat mengakses pameran dengan mudah. Pada tahun 2014, mereka menemukan topeng Neolitik daring saat melakukan penelitian untuk pekerjaan mereka.
Ketika mereka mencarinya dengan kata kunci “Topeng + Palestina” di Google, mereka berharap menemukan gambar orang-orang Palestina yang mengenakan topeng. Sayangnya, foto topeng kuno yang dipamerkan di Museum Israel juga muncul.
Pameran itu menyebutnya sebagai “Topeng kita” dari “Tanah Israel kuno”. Dalam katalog pameran, perbatasan Tepi Barat dihapus dan hanya istilah seperti “Perbukitan Yudea” dan “Gurun Yudea” yang digunakan. Ini membuat orang Palestina tidak terlihat.
“Topeng ini tidak hanya mendahului Palestina dan Israel, tapi juga mendahului semua agama. Jadi bagi satu entitas untuk mencoba mengklaim ini sebagai bagian dari narasi nasional mereka hanya membawa mitologi ke tingkat yang baru. Kami mulai berpikir tentang cara menghasilkan kontra-mitologi, cara mengintervensi,” kata Abbas.
Museum menyediakan tur virtual secara daring yang memungkinkan para seniman untuk mereplikasi topeng yang dipamerkan meskipun tidak dapat mengunjungi pameran. Setelah meretas pameran daring dan membuat salinan 3D topeng, para seniman mulai melakukan perjalanan ke situs-situs desa Palestina yang dihancurkan pada tahun 1948 ketika negara Israel didirikan.
Pemuda Palestina akan mengenakan topeng di situs-situs tersebut dan membuat ritual baru untuk topeng yang 9.000 tahun lalu yang kemungkinan besar terkait dengan pemujaan leluhur. Topeng dan desa yang hancur menjadi dua elemen kunci dalam proyek yang dinamai And Yet My Mask Is Powerfull, sebuah syair yang diambil dari puisi Adrienne Rich, Diving into the Wreck.
“Puisi ini membantu kami berpikir tentang penghancuran desa-desa di dalam tempat yang sekarang menjadi Israel, jantung penghancuran dan penghapusan komunitas Palestina,” ujar dia.
Menurut para seniman, dengan kembali ke situs-situs penghancuran, orang-orang Palestina memanfaatkannya untuk menolak penghapusan mereka dan mengklaimnya kembali sebagai ruang-ruang hidup.
Pertama kali dipresentasikan pada tahun 2016, proyek multi-bagian ini telah dipamerkan di seluruh dunia, mulai dari Museum Palestina di Ramallah hingga museum dan galeri di Eropa, AS, dan Timur Tengah. Ini juga telah diterbitkan sebagai buku seniman oleh Printed Matter, sebuah organisasi seni yang berbasis di AS.
Proyek ini mencakup proyeksi video di lima saluran dan instalasi media campuran dengan topeng cetak 3D yang ditempatkan di sebelah vegetasi dari situs-situs desa Palestina yang hancur. Abbas mengatakan ini adalah proyek jangka panjang yang akan terus mereka kerjakan.